1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani. Lahir pada 19 Juni 1922 di
Purworejo merupakan komandan TNI AD. Pembunuhan atas dia dilakukan sebab
sang jenderal menentang keras keberadaan faham komunis. Ahmad Yani
diculik dari kediamannya dan dibantai di Lubang Buaya.
Jenderal Anumerta Ahmad Yani | Via: id.wikipedia.org
2. Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan. Lahir di
Balige, Sumatera Utara. Dia salah satu otak di balik lahirnya TNI.
Bersama dengan pemuda lain dia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
cikal bakal TNI. Kematiannya mengenaskan. Sekelompok anggota PKI
menyergap ke rumahnya dan membunuh para pelayan serta ajudan. Merasa
tahu ajalnya tiba, DI Pandjaitan menemui penyergap itu dengan seragam
militer lengkap. Segera dia diberondong peluru dan mayatnya dibawa ke
Lubang Buaya.
Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan | Via: id.wikipedia.org
3. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo. Dia lahir di
Sragen, 5 Februari 1923. Berbeda dengan dua pahlawan revolusi sebelumnya
yang mayatnya dibawa ke Lubang Buaya, Brigjen Katamso saat itu bertugas
di Yogyakarta. Dia diculik lalu tubuhnya dipukuli dengan mortar motor,
baru dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Peristiwa ini
terjadi di daerah Kentungan. Jenazahnya baru ditemukan beberapa hari
kemudian tepatnya 21 Oktober 1965.
Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo | Via: id.wikipedia.org
4. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono)
lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. Letjen yang paham 3 bahasa asing
ini juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.
Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono | Via: id.wikipedia.org
5. Letnan Jenderal TNU Anumerta Suprapto lahir di Purwokerto pada 20
Juni 1920. Dia juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.
Sebelum akhirnya tewas di tangan PKI, dia pernah meredam beberapa
pemberontakan PKI di berbagai wilayah seperti Semarang dan Medan.
Letnan Jenderal TNU Anumerta Suprapto | Via: id.wikipedia.org
6. Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (S. Parman) lahir di
Wonosobo, 4 Agustus 1918. Dia merupakan perwira intelijen yang
sebenarnya dekat dengan PKI serta mengetahui kegiatan rahasia mereka.
Saat ditawari bergabung dengan faham komunis itu, S. Parman menolak.
Karena itulah dia masuk daftar target pembunuhan PKI lantaran mengetahui
banyak hal. S. Parman dibantai di Lubang Buaya. Otak pembantaiannya
yakni kakaknya sendiri Ir. Sakirman yang merupakan petinggi PKI saat
itu.
Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman | Via: id.wikipedia.org
7. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen,
23 Agustus 1922. Dia juga diculik di rumahnya dan dibantai di Lubang
Buaya. Para penculik mengatakan Mayjen Sutoyo dipanggil oleh Presiden
Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno, tapi ternyata itu bohong.
Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo | Via: id.wikipedia.org
8. Kolonel Infanteri Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto lahir di Gunung
Kidul, Yogyakarta, 12 Agustus 1926. Dia bersama Brigjen Katamso menjadi
korban penculikan PKI di Yogyakarta. Keduanya dikuburkan dalam lubang
yang sama dan mayatnya baru ditemukan setelah 20 hari kemudian.
Kolonel Infanteri Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto | Via: id.wikipedia.org
9. Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun (KS Tubun)
merupakan satu-satunya perwira selain TNI yang menjadi korban keganasan
PKI. Dia lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Saat peristiwa
berlangsung dia merupakan ajudan dari Johanes Leimena. Salah satu
menteri di kabinet Soekarno. Nah, pak Leimena ternyata tetangga samping
rumah Jenderal Abdul Haris Nasution (A.H Nasution) yang jadi incaran
PKI. Saat itu gerombolan PKI mengepung rumah pak Nasution dan didengar
oleh KS Tubun. Dia langsung melepas tembakan namun sayang jumlah anggota
PKI terlalu banyak, jadilah KS Tubun tewas di tangan mereka namun tidak
sampai dibawa ke Lubang Buaya.
Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun | Via: id.wikipedia.org
10.Kapten Anumerta Pierre Tendean merupakan satu-satunya pahlawan
revolusi yang tidak punya pangkat jenderal namun keberaniannya sungguh
luar biasa. Dia ajudan Jenderal A.H Nasution. Berkat keberaniannya dia
berhasil meloloskan atasannya dan mengaku menjadi Nasution. Tendean
dibunuh dan dibantai di Lubang Buaya.
Kapten Anumerta Pierre Tendean | Via: id.wikipedia.org
Itu tadi para TNI serta
anggota polisi Pahlawan Revolusi yang telah menjadi korban G30S/PKI.
Semoga nyawa mereka untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) tidak sia-sia. Berdoa sama-sama yuk, untuk mengenang
keberanian mereka. Mengheningkan cipta dimulai.
0 comments: